Pembuatan dodol Betawi bukan hal mudah karena memerlukan tenaga ekstra, terutama saat men-gaduk. Dodol harus terus diaduk selama tujuh jam, jika pengadukan berhenti, dodol akan terasa keras dan rasanya tidak merata. Biasanya, pengaduk dodol adalah para pria, sedangkan kaum perempuan menyiapkan bahan pembuatan dodol.
Di sisi lain, pembuatan dodol yang tergolong sulit ini diperlukan kegotongroyongan, keriangan, dan semangat persaudaraan. Sehingga, masyarakat Betawi menganggap pembuatan dodol merupakan kerja tim yang bertujuan untuk mempererat tali persaudaraan. Dodol sering kali disebut sebagai kue bacot (atau pembicaraan). Kue ini memiliki arti jika seorang besan datang dengan kue dodol yang bentuknya bagus dan jumlahnya banyak, maka besan tersebut merupakan orang kaya. Sedangkan, kalau tampilan kue dodolnya kurang baik, maka akan menjadi pembicaraan.
Sedangkan roti berbentuk buaya melambangkan kesetiaan seperti buaya yang selama hidupnya selalu setia dengan pasangannya. Selain itu, roti buaya adalah lambang kesabaran, karena buaya selalau sabar dalam mengintai dan menunggu mangsanya. Namun, ada juga yang mengartikannya sebagai lambang kejantanan.
Sebagai makanan Betawi yang paling populer. Roti buaya yang dibawa pengantin laki-laki ini merupakan simbol kesetiaan pasangan yang memihak untuk sehidup semati. Dalam seserahan, roti buaya diberikan sepasang, yang lebih kecil dilambangkan sebagai betina yang diletakkan di atas punggung roti buaya yang lebih besar atau di sampingnya.
Selama perjalanan, roti ini harus tetap mulus, tidak boleh rusak sampai ke tangan pengantin perempuan. Selain itu, roti buaya melambangkan kemapanan, sebab ada anggapan bahwa roti buaya merupakan makanan orang golongan atas.
Setelah akad nikah, roti ini diberikan kepada sanak saudara yang belum menikah. Maksudnya, supaya mereka kendaran dan segera mendapatkan jodoh. Namun, roti buaya ini cenderung sulit diperoleh di pasaran, sehingga orang yang memerlukan roti buaya harus memesannya terlebih duhulu. Mengingat, roti tersebut hanya digunakan untuk keperluan hajatan.
Selain roti buaya dan dodol, hantaran pengantin Betawi juga ada yang dinamakan telubuk sayur pemersatu. Orang Betawi menyebut tanaman rumput-rumputan sejenis tebu sebagai telubuk. Ada juga yang menyebut tanaman musiman ini sebagai endog tebu. Yang dimakan dari tanaman ini adalah bunganya yang belum mekar dan masih terselubung oleh seludang berwarna putih. Teksturnya menyerupai telur ikan. Biasanya digunakan sebagai campuran sayuran bersantan, dipepes atau dikukus untuk lalap.
Untuk sebagian besar masyarkat Betawi sayuran ini memiliki makna penting karena merupakan bahan utama dalam pembuatan hidangan hantaran kepada besan. Telubuk sayur pemersatu mempunyai butiran kecil seperti telur ikan yang dapat menyatu menjadi satu bonggol besar. Hal ini menjadi simbol dua keluarga yang dapat menyatu dalam satu ikatan kekluargaan melalui perkawinan.
Selain makna filosofi yang terkandung dalam aneka penganan Betawi, penganan hantaran ini memunyai nilai sosial. Nilai ini muncul karena cara pembuatan makanan tersebut tergolong rumit dan tidak dapat dikerjakan satu orang, contohnya dodol. Karena tingkat kesulitan pembuatan makanan ini, maka dodol harus dibuat bersama-sama anggota keluarga maupun tetangga sekitar. Roti Buaya Lambang Kesetiaan
Roti Buaya Lambang Kesetiaan |
Di antara berbagai penganan dalam hantaran yang dibawa pada acara perkawinan Betawi, ada dodol dan sepasang roti berbentuk buaya. Dodol adalah penganan dari gula dan tepung ketan yang dimasak hingga mengental dan lengket. Penganan ini dipakai sebagai simbol kelekatan agar pasangan pengantin selalu lengket dan aku satu sama lain hingga akhir hayat.
Pembuatan dodol Betawi bukan hal mudah karena memerlukan tenaga ekstra, terutama saat men-gaduk. Dodol harus terus diaduk selama tujuh jam, jika pengadukan berhenti, dodol akan terasa keras dan rasanya tidak merata. Biasanya, pengaduk dodol adalah para pria, sedangkan kaum perempuan menyiapkan bahan pembuatan dodol.
Di sisi lain, pembuatan dodol yang tergolong sulit ini diperlukan kegotongroyongan, keriangan, dan semangat persaudaraan. Sehingga, masyarakat Betawi menganggap pembuatan dodol merupakan kerja tim yang bertujuan untuk mempererat tali persaudaraan. Dodol sering kali disebut sebagai kue bacot (atau pembicaraan). Kue ini memiliki arti jika seorang besan datang dengan kue dodol yang bentuknya bagus dan jumlahnya banyak, maka besan tersebut merupakan orang kaya. Sedangkan, kalau tampilan kue dodolnya kurang baik, maka akan menjadi pembicaraan.
Sedangkan roti berbentuk buaya melambangkan kesetiaan seperti buaya yang selama hidupnya selalu setia dengan pasangannya. Selain itu, roti buaya adalah lambang kesabaran, karena buaya selalau sabar dalam mengintai dan menunggu mangsanya. Namun, ada juga yang mengartikannya sebagai lambang kejantanan.
Sebagai makanan Betawi yang paling populer. Roti buaya yang dibawa pengantin laki-laki ini merupakan simbol kesetiaan pasangan yang memihak untuk sehidup semati. Dalam seserahan, roti buaya diberikan sepasang, yang lebih kecil dilambangkan sebagai betina yang diletakkan di atas punggung roti buaya yang lebih besar atau di sampingnya.
Selama perjalanan, roti ini harus tetap mulus, tidak boleh rusak sampai ke tangan pengantin perempuan. Selain itu, roti buaya melambangkan kemapanan, sebab ada anggapan bahwa roti buaya merupakan makanan orang golongan atas.
Setelah akad nikah, roti ini diberikan kepada sanak saudara yang belum menikah. Maksudnya, supaya mereka kendaran dan segera mendapatkan jodoh. Namun, roti buaya ini cenderung sulit diperoleh di pasaran, sehingga orang yang memerlukan roti buaya harus memesannya terlebih duhulu. Mengingat, roti tersebut hanya digunakan untuk keperluan hajatan.
Telubuk Sayur Pemersatu |
Untuk sebagian besar masyarkat Betawi sayuran ini memiliki makna penting karena merupakan bahan utama dalam pembuatan hidangan hantaran kepada besan. Telubuk sayur pemersatu mempunyai butiran kecil seperti telur ikan yang dapat menyatu menjadi satu bonggol besar. Hal ini menjadi simbol dua keluarga yang dapat menyatu dalam satu ikatan kekluargaan melalui perkawinan.
Selain makna filosofi yang terkandung dalam aneka penganan Betawi, penganan hantaran ini memunyai nilai sosial. Nilai ini muncul karena cara pembuatan makanan tersebut tergolong rumit dan tidak dapat dikerjakan satu orang, contohnya dodol. Karena tingkat kesulitan pembuatan makanan ini, maka dodol harus dibuat bersama-sama anggota keluarga maupun tetangga sekitar. Roti Buaya Lambang Kesetiaan